Home | Sign In | New here? Sign Up | Log out

PEREMPUAN SIPAYO PANTAU REDD

Desa Sipayo adalah salah satu Desa di kawasan KPH - Model Tinombo Dampelas,terletak di Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong. jarak tempuh ke Desa ini 3 Jam atau sekitar 60 KM dari ibukota Kabupaten Parigi Moutong. jumlah total penduduk 739 KK atau 2.942 jiwa. ada sebanyak 664 KK menggantungkan hidupnya dari hasil dan jasa lingkungan hutan dan selebihnya adalah Nelayan, tukang batu dan PNS. Penduduk asli Desa Sipayo adalah suku Lauje, Tajio, dan pendatang seperti kulawi, kaili dan bugis

Sejak pagi, beberapa warga Desa Sipayo Kecamatan Tinombo kabupaten Parimo, sudah bersiap-siap di rumahnya untuk berangkat menuju Balai Desa. Di Balai Desa Bpk.Nurdin Ilo ilo, S.Pdi selaku kepala desa telah siap menyambut warganya dengan senang hati. Pertemun yang didominasi oleh kaum perempuan itu difasilitasi oleh Evergreen Indonesia bekerjasama dengan Kelompok Kerja (Pokja) Pantau program Reducing Emission Deforestation and Degradation (REDD) atau program pengurangan pelepasan emisi karbon melalui pencegahan perubahan fungsi kawasan hutan dan penurunan kwalitas hutan di Sulteng.

Awal diskusi hanya membahas soal perubahan iklim dan dampaknya terhadap masyarakat khususnya kaum perempuan para fasilitator menjelaskan kejadian dan dampak perubahan iklim hingga akhirnya muncul beberapa fakta yang terjadi terhadap aktivitas perempuan di Desa ini “Kalau dulu sungai – sungai kecil masih bisa dimanfaatkan untuk ambil air bersih, sekarang sudah tidak ada, kami penduduk didusun 3  mengalami kekeringan. Mau buat pompa air juga susah” kata ibu Sarkia, warga Dusun 3 Desa Sipayo saat diskusi, hal yang sama juga dialami ibu Esther, perempuan petani yang memiliki 3 hektar sawah ini mengaku baru-baru ini sawahnya terendam air laut sekitar 1 hektar karena pada umumnya daerah persawahan di Desa ini terletak di pesisir “5 tahun yang lalu panen padi saya masih cukup lumayan, sekarang sudah berkurang karena baru saja 1 hektar sawah saya terendam air laut” ungkapnya dengan nada miris.

Lain halnya dengan ibu Irma Lagimpe, perempuan separuh baya ini mengatakan bahwa dahulu dia biasa mengambil hasil hutan berupa pandan hutan untuk dibuat tikar “sejak lima tahun terakhir pandan hutan sudah sangat susah ditemukan dan sudah sangat jauh berada dalam hutan, dulu masih hidup di pinggiran hutan sekarang sudah banyak yang mati ” ungkapnya, masih menurutnya bahwa memang terjadi perubahan cuaca sekarang ini biasanya pagi cerah tiba-tiba sore sudah hujan.

Abd Nasir salah seorang staf Evergreen Indonesia yang juga fasilitator pada diskusi itu mengatakan bahwa masyarakat pedesaan khususnya kaum perempuan sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim mereka sadar bahwa sudah terjadi perubahan iklim dan dampak yang mereka rasakan namun ketika kami coba menanyakan soal program pemerintah untuk mengatasi perubahan iklim yang disebut dengan REDD mereka samasekali tidak mengetahui,  karena menurutnya wacana soal REDD ini hanya diketahui oleh kalangan elit pemerintah di negeri ini “ masyarakat sama sekali tidak tahu REDD dan segala bentuknya oleh karena penting penyampaian yang baik agar masyarakat bias paham soal apa itu REDD dan seperti apa melakukan pemantauan terhadap program ini “ tandasnya,  kemudian dibagikanlah kepada peserta lembaran-lembaran dan catatan ringan tentang program REDD sehingga masyarakat sedikit mengerti seperti apa itu REDD dan bagaimana jika program REDD ini masukdi Desa mereka yang notabene masuk di arel KPHP Tinombo-Dampelas yang menjadi incaran untuk Demonstrasy Activity (DA) REDD di Sulawesi Tengah.

Sekilas Nampak kekhawatiran di wajah para perempuan peserta diskusi setelah membaca beberapa lembaran dan catatan ringan yang dibagikan fasilitator soal  Program REDD, mereka khawatir jika kelak program ini berjalan, akan melanggar bahkan menghilangkan hak pemanfaatan mereka terhadap hutan, maklum sebagian besar penduduk Desa ini memanfaatkan hasil hutan baik untuk kebutuhan pangan maupun untuk peningkatan ekonomi keluarga hal inilah yang kemudian menginisiasi perempuan di Desa ini untuk membentuk semacam kelompok perempuan yang akan memantau hak mereka sebagai perempuan untuk memanfaatkan hasil hutan jika kelak proyek REDD masuk di Desa mereka. (akg)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Foto saya
palu, palu/sul-teng, Indonesia
D/A. Jl. Lasoso No 17A Kecamatan Palu Barat Kota Palu, Sul-Teng kelurahan Kabonena 94227 Telp (0451)460 723

KANTOR PERWAKILAN

JL. Mesjid II No 17
pejompongan-Jakarta Pusat 10210
Telp: 08111555287
email : rinirini.darsono@gmail.com